Amankah Gonta-Ganti Bahan Bakar Kendaraan? Garansi bisa hangus?



Jakarta- Saat ini pilihan bahan bakar di Indonesia sudah beragam, mulai dari bahan bakar yang ber-octane terendah seperti Premium, Pertalite, Pertamax, Pertamax Plus/Turbo sampai dengan bahan bakar untuk mesin diesel seperti Pertamax Dex dan Dexlite. Pada artikel ini yang akan kita bahas adalah pada kendaraan berbahan bakar bensin.

Nah, ketika jenis bahan bakar yang biasa kita gunakan habis di SPBU, sementara kondisi tangki kendaraan sudah kritis tak jarang banyak dari kita yang mengisikan jenis lainnya. Misalnya kita biasanya menggunakan Premium, lalu kemudian karena di SPBU sudah habis maka kita terpaksa menggunakan Pertalite, sedangkan didalam tangki masih ada sisa Premium. Ada juga yang dengan sengaja mencampurkan bahan bakar seperti Pertamax dengan Pertamax Plus, biasanya fenomena ini terjadi ketika pengisi bahan bakar tersebut lagi banyak uang. Tapi ketika tidak ada uang, biasanya akan membeli bahan bakar berjenis premium saja , yang menjadi pertanyaan adalah bahayakah mencampurkan dua jenis bahan bakar tersebut?



Sebelumnya seberapa seringkah kita gonta-ganti bahan bakar, jika terlalu sering gonta-ganti, maka kinerja mesin menjadi tidak maksimal karena mesin menjadi bingung. Setiap jenis bahan bakar memiliki tingkat kompresinya masing-masing. Peralihan yang terlalu cepat dan sering tentunya akan berdampak buruk.

Sebagai pengendara tentunya kita juga harus memperhatikan kondisi tangki kita. Jika tidak sedang dalam kondisi terdesak, sebaiknya biarkan bahan bakar yang sebelumnya habis atau tersisa sedikit, baru menggantinya dengan jenis lain.

Semua jenis bahan bakar itu memiliki unsur penyusun yang sama yaitu tersusun atas rantai hidrokarbon yang tidak menimbulkan reaksi kimia berbahaya meskipun tercampur. Bahaya justru timbul jika dalam bahan bakar tersebut ada pengotor seperti logam berat, yang didapat dari lingkungan atau tempat penyimpanan.



Pencampuran bahan bakar ini biasanya menimbulkan deposit. Deposit mengundang potensi jelaga atau abu. Mulai dari banyaknya kerak di piston, kepala silinder dan sekeliling payung klep. Hal ini akan membuat performa mesin menurun karena kerak mengganjal lubang valve yang seharusnya tertutup rapat.

Efek yang ditimbulkan adalah efek knocking pada mesin, efek ini sendiri terjadi kalau pergantian BBM yang dilakukan memiliki nilai oktan berselisih cukup jauh. Perlu kita ketahui bahwa setiap bahan bakar memiliki nilai oktan yang berbeda-beda. Berikut adalah besarnya nilai oktan untuk masing-masing bahan bakar :


Nilai oktan adalah tetapan yang digunakan untuk mengukur kualitas bahan bakar. Semakin tinggi nilai oktan, maka semakin baik pulak kemampuan bahan bakar mengatasi ketukan (knocking) pada mesin.

Berdasarkan gambar diatas bisa kita lihat bahwa bahan bakar jenis Pertamax Plus/Turbo mempunyai nilai oktan yang paling tinggi, sedangkan Pertamax berada sedikit dibawahnya. Jadinya wajar saja kalau Pertamax dan Pertamax Plus/Turbo memiliki harga tinggi per-liternya, karena kualitasnya sangat baik.

Menurut Technical Service Executive Coordinator PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Anjar Rosjadi, efek pergantian bahan bakar ke mesin pada dasarnya tidak ada masalah. Namun, kalau rekomendasi mesinnya menggunakan oktan tinggi sedangkan pelanggan menggunakan bahan bakar yang memiliki oktan rendah maka otomatis performa mesin tidak optimal."Ini sih jarang kejadian ya, paling beberapa aja kalau knocking terus bisa rusak. Intinya paling terasa itu di tarikan mesinnya, sedangkan knocking sendiri tidak ada efek kerusakan parah hanya saja kadang-kadang mengganggu,"tutur Anjar.

Penggunaan BBM yang sesuai dengan rekomendasi pabrikan memang dianjurkan untuk diikuti, dengan begitu para pengendara bisa merasakan performa mesin serta tenaga yang diinginkan. Nah ada juga yang mengatakan bahwa jika kita mengisi BBM tidak sesuai dengan anjuran pabrikan akan membuat garansi hangus.



Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Gaikindo, Yohannes Nangoi. "Setahu kami aturannya memang seharusnya demikian. Kalau ada kerusakan yang disebabkan penggunaan bahan bakar tidak sesuai standar, maka diluar garansi," tutur Yohannes.

Gaikindo mengeluarkan peringatan agar para pemilik kendaraan mematuhi penggunaan BBM sesuai anjuran bagi kendaraanya. Menurut mereka saat ini di Indonesia sendiri saat ini sudah menggunakan standar emisi gas buang standar Euro4.

Sejak bulan Oktober kemarin, kendaraan bensin yang beredar di jalanan harus mengadopsi standar emisi gas buang Euro4. Tujuan utama penggunaan standar Euro4 adalah untuk mengurangi dampak polusi udara yang bersumber dari gas buang kendaraan bermotor.


Menurut Yongkie Sugiarto yang juga Ketua Gaikindo, mobil keluaran tebaru memang wajib menggunakan BBM berkualitas, minimal yang memiliki spesifikasi Research Octane Number (RON) 92."Ya itu memang darimana-mana setiap merek memang begitu, andai kata penggunaan mobil tidak menggunakan BBM yang tidak sesuai spesifikasi, otomatis kalau rusak salah siapa? Masa pabrikannya yang salah," tutur Yongkie.

"Maka dari itu diingatkan kepada pemilik mobil, bahwa kalau nggak memakai BBM yang sesuai spesifikasi maka garansinya bisa hilang,"lanjut Yongkie. Ia mengatakan bahwa desain mesin dibuat dengan selalu mengacu kepada peraturan pemerintah yaitu terkait standar emisi. Contohnya, tiap mobil berbahan bensin di Indonesia saat ini harus sesuai dengan standar emisi Euro4.


0 comments:

Post a Comment